Daftar Isi

Minggu, 03 Januari 2021

RESENSI BUKU MUARANYA MANUSIA OLEH GARYN FATTAHILLAH

Peresensi: Garyn

Muaranya Manusia


Judul buku   : Rantau 1 Muara

Penulis         : Ahmad Fuadi           

Penerbit       : PT. Gramedia Jakarta

Cetakan I     : Mei 2013

Tebal            : 399 halaman

Harga            : Rp. 75.000.00,-

Pada hakikatnya manusia itu pasti akan kembali ke Sang Pencipta. Kita hidup di dunia untuk mencari ilmu dan amalan agar tidak tersesat didunia dan bisa kembali ke tempat asal kita di surga. Hidup ini bagaikan perantauan, orang yang pandai tidak akan diam di tanahnya sendiri, dia akan selalu berusaha untuk mencari cara merantau ke tanah orang untuk mendapat ilmu dan pengalaman baru. Setelah lama merantau dengan mendapat ilmu dan pengalaman seseorang harus pulang ke “rumah” agar hal-hal yang dia dapat bisa bermanfaat bagi orang lain, karena orang yang paling berharga itu yang bermanfaat bagi orang lain.

Perantauan seperti itulah yang diceritakan dalam novel trilogi Negeri 5 Menara yang ketiga, yaitu “Rantau 1 Muara”. Cerita yang berdasarkan perjalanan hidup penulis, Ahmad Fuadi lahir di Bayur, kampung kecil di pinggir Danau Maninjau tahun 1972. Beberapa novel yang pernah Dia tulis adalah Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna, dan Rantau 1 Muara. Karena karya-karya yang ditulisnya, bang Fuadi dianugerahi  Liputan 6 Award, SCTV untuk kategori Motivasi dan Pendidikan. Penulis terbaik IKAPI dan juara 1 karya tulis Fiksi terbaik Perpnas. Tahun 2012 lalu Dia terpilih sebagai resident of Bellagio Center, Italia dan tahun 2013 mendapat penghargaan dari DJKHI Kemenkumham untuk kategori Karya Cipta Novel.

Dibandingkan dengan novel-novel sebelumnya yang Dia tulis, Rantau 1 Muara memiliki harga yang lebih mahal, sampulnya lebih sederhana, dan merupakan yang paling tipis tetapi judulnya sangat menarik. Kesan awal melihat buku sama persis dengan dugaan, sangat menarik, tidak membosankan untuk dibaca, dan penuh dengan bahasa-bahasa asing. Ketiga buku trilogi Negeri 5 Menara, termasuk Rantau 1 Muara diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Novel Rantau 1 Muara menceritakan kelanjutan kisah perjalanan hidup Alif Fikri setelah tamat dari Pondok Madani, Alif melanjutkan pendidikannya disalah satu perguruan tinggi di Bandung. Karena hobi menulis Alif ikut menjadi penulis majalah kampus, dia pun ikut dalam demonstrasi penurunan jabatan Pak Soeharto. Setamat kuliah cobaan demi cobaan silih berganti menerpa Alif bagaikan angin yang berhembus tiada henti, meski Alif diwisuda dengan nilai terbaik namun Dia lulus pada akhir 90-an, ketika Indonesia dicekik krisis ekonomi. Secercah harapan muncul setelah Dia diterima menjadi Wartawan Derap di Jakarta, disana hatinya tertambat pada seorang gadis yang pernah dia curigai. Takdir menerbangkan Alif ke Washington DC. Life is Perfect. Sampai terjadi peristiwa 9/11 di New York yang menggoyahkan jiwanya. Dia kehilangan orang terdekatnya dan juga misi hidupnya. Dari mana dia bermula dan kemana dia akhirnya akan bermuara?

Halaman buku lebih sedikit dengan 46 bab, sketsa gambar pada sampul lebih sederhana, bahasa yang digunakan lugas dan mudah dipahami dengan tambahan sedikit bahasa asing. Masing-masing tokoh seperti novel sebelumya digambarkan secara detail dan merinci begitu pula dengan suasana ceritanya. Tapi harga novel ini yang termahal dari trilogi sebelumnya, yaitu Rp. 75.00000,-. Alur ceritnya maju, dari pulangnya Alif Fikri ke Indonesia tepatnya di Bandung tempat Dia mengontrak, setelah 2 tahunmenjadi siswa pertukarn pelajar di Kanada. Belum sampai 5 menit Alif masuk ke kamar 2 ujian telah menghampirinya, membyar uang kos dan mendaftar ulang kuliah. Stelah bercerita kepada Bang Togar, Alif diberitahu bahwa banyak tulisan yang dimuat di berbagai media. Untuk saat ini masalah uang selesai dan Alif bisa mengirimi uang ke Amak dan adik-adiknya di Maninjau.

Di Bandung Alif Kuliah jurusan Hubungan Internasional dan diwisuda dengan nilai terbaik tapi Dia lulus pada saat yang salah, akhir 90-an Indonesia sedang dicekik krisis ekonomi, banyak kerusuhan saat Pak Soeharto akan lengser. Sampai Alif harus meminjam uang dari ATM karena media massa hanya menerima sedikit tulisannya, uang untuk Amak berkurang, debt collector datang menagih hutang, bagaimana dia mengatasinya? Secercah harapan muncul ketika Alif diterima menjadi wartawan di Ibu Kota, disana hatinya tertambat pada seorang gadis yang pernah dia curigai. Takdir menerbangkannya ke Washington DC. Sebagai mahasiswa S-2 Disana cobaan lebih berat dari pada di Indonesia, mereka datang silih berganti, satu tuntas dua lagi muncul. Setamat kuliah Alif menjadi wartawan disana, hidupnya menjadi lebih baik dan bahagia. Sampai kejadian 9/11 di New York, Dia kehilangan orang terdekatnya yang sudah seperti kakak kandungnya sendiri. Alif merenung, memikirkan kembali misi hidupnya, apakah Dia harus pulang dengan hasil kecil atau menetap untuk hasil yang lebih baik. Seperti kesempatan menjadi wartawan di London, Inggris. Banyak waktu Dia habiskan untuk berpikir, sampai akhirnya tekat Alif bulat untuk pulang ke Indonesia dengan hasil kecil. Meski begitu Alif selalu bersykur karena imiannya saat di Pondok Madani dulu terwujud, “merantau ke Amerika”.  Karena syukurnya tersebut, Allah menambah nikmat kepada Alif. Sebelum ke bandara Dia berpamitan dengan rekan-rekan kerja di kantor, atasan Alif memanggilnya ke kantor, disana Dia diberitahu bahwa ada lowongan kerja untuk nya di Jakarta dengan hasil Amerika(hasil bagus). “Alhamdulillah, kerja di Indonesia gaji Amerika, apa lagi yang kurang?”

Bahasa yang dingunakan penulis lugas dan mudah dipahami dengan campuran bahasa Arab, Inggris, dan Indonesia, Seolah kita benar-benar ikut masuk kedalam cerita. Setiap tokoh, latar, dan suasana dijelaskan secara merinci. Novel ini cocok untuk para pemuda karena dapat membangkitkan semangat untuk terus berkarya dan mencari tujuan hidup.

Ada pepatah mengatakan, “jika kau bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka menulislah.” Alif bukan anak orang kaya, bukan anak orang berkuasa, dan bukan pula anak orang terpandang, tapi dengan tulisan-tulisan dan doa dari orang terdekatnya Alif bisa mewujudkan mimpinya itu. Carilah ilmu setinggi langit dan sedalam lautan kemudian pulanglah kamu bila saatnya tiba.


Sumber: https://garyn99.blogspot.com/2015/11/resensi-novel-rantau-1-muara.html#more

Tidak ada komentar:

Posting Unggulan

Tak Renta

Menghabiskan sisa umur yang tak lagi muda bukan gampang. Meski seluk beluk kehidupan dengan berbagai macam cobaannya telah banyak dilalui. T...